Setelah lama menjadi desa yang sama sekali tidak dikenal oleh publik, kini Desa Ketapanrame yang terletak di Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur telah menunjukkan eksistensinya. Pembangunan desa wisata yang digencarkan oleh masyarakat desa telah banyak membawa perubahan positif di Desa Ketapanrame.
Desa yang kini telah bertransformasi menjadi desa wisata tersebut kian hari menjadi perbincangan publik dan viral di media sosial. Salah satu penyebabnya adalah keberadaan Taman Ghanjaran yang menjadi objek wisata unggulan di di Desa Ketapanrame.
Di balik popularitas Taman Ghanjaran yang semakin melambung, terdapat cerita menarik yang mewarnai proses pembangunan objek wisata tersebut. Sejak awal, Taman Ghanjaran dibangun secara mandiri oleh masyarakat desa dengan mengandalkan tenaga, pikiran, uang, serta sumber daya alam yang berasal dari desa.
Secara geografis, Desa Ketapanrame merupakan desa yang strategis untuk dibangun sebagai desa wisata. Dengan luas wilayah sebesar 345.000 hektar dan ketinggian mencapai 1.200 meter di atas permukaan laut, desa ini memiliki potensi kenampakan alam yang memanjakan mata. Terlebih lagi, desa ini berada di antara dua gunung tinggi, yaitu Gunung Welirang dan Gunung Penanggungan.
Selain memiliki alam yang indah, Desa Ketapanrame juga memiliki warga yang sangat produktif. Hampir seluruh masyarakat desa bekerja setiap hari sebagai petani di sawah atau ladang, bahkan hingga perkantoran pemerintah maupun swasta. Kedua potensi ini kemudian memantik ide Kepala Desa H Zainul Arifin S.E. untuk membangun Taman Ghanjaran dengan memadukan potensi alam desa dan kegigihan masyarakat yang luar biasa.
Dengan melibatkan partisipasi seluruh warga Ketapanrame, Kepala Desa berusaha untuk membangun sebuah tempat wisata yang sempurna. Diawali dengan kegiatan pengumpulan dana dari sekitar 400 KK yang bersedia untuk memberikan dana maksimal sebesar Rp 10 Juta, hingga pada akhirnya berhasil terkumpul dana Rp 4 miliar. Setiap warga yang menjadi investor mendapatkan keuntungan sebesar 10% dari profit yang dihasilkan wahana.
Kesuksesan desa ini dalam membangun Taman Ghanjaran dibuktikan dengan membludaknya wisatawan dari berbagai penjuru daerah. Hal ini secara langsung berdampak positif terhadap peningkatan ekonomi desa, bahkan Taman Ghanjaran dapat bertahan selama pandemi Covid-19 yang tengah melanda Indonesia pada saat itu.
Perpaduan antara potensi sumber daya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM) adalah strategi Desa Ketapanrame dalam mengembangkan peluang yang mampu memberikan dampak positif kepada masyarakat. Warga desa yang rajin dan giat dalam bekerja juga turut menjadi faktor pendukung suksesnya pendirian Taman Ghanjaran di Desa Ketapanrame.
Selain itu, pembangunan Taman Ghanjaran juga melibatkan partisipasi pihak-pihak eksternal, baik dari pemerintah maupun swasta. Misalnya pengembangan awal Desa Ketapanrame pada tahun 2019 mengandalkan bimbingan dari tenaga pendidik serta mahasiswa Universitas Surabaya (Ubaya).
Tiga tahun berselang sejak bimbingan yang dilakukan oleh Ubaya, Astra kemudian bergabung untuk membantu melengkapi kelengkapan sumber daya manusia (SDM) serta pemenuhan sarana dan prasarana yang belum dimiliki Desa Ketapanrame. Ketersediaan fasilitas merupakan hal penting bagi desa wisata untuk memastikan kepuasan dan kenyamanan wisatawan.
Pendampingan yang dilakukan oleh pihak Universitas Surabaya (Ubaya) dan Astra berdampak besar terhadap peningkatan jumlah wisatawan di Desa Ketapanrame. Dalam sebulan, jumlah wisatawan yang datang untuk berlibur di Desa Ketapanrame dapat mencapai angka 5.000 orang. Bukan angka yang kecil bagi sebuah desa wisata yang dibangun secara mandiri dari nol dengan hanya memanfaatkan sumber daya yang tersedia di desa tersebut.
Momen tersebut lalu dimanfaatkan oleh warga Desa Ketapanrame untuk membangun objek wisata yang dapat mendongkrak perekonomian desa dan kesejahteraan masyarakat desa, yaitu Taman Ghanjaran. Taman wisata ini berhasil dibangun pada tahun 2018 dan hingga kini selalu berhasil mendulang penghargaan dari berbagai pihak, termasuk dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
0 komentar: